Selamat Datang

Sabtu, 15 Januari 2011

Mengapa Si Pesimis Akur dengan Stres?

DITUGASI menemui klien, Anda resah. Diminta meliput berita demonstrasi, Anda khawatir? Dipesani ibu memasak opor ayam, Anda kebingungan. Seolah merasa tak mampu menunaikan tugas-tugas itu. Lantas Anda mengeluh.

Seringkah itu terjadi? Sebaiknya mulai hentikan kebiasaan tersebut. Pasalnya terlalu banyak mengeluh justru merugikan kesehatan, tubuh mudah terserang penyakit.

Yang sering mengeluh biasanya mudah stres. Nah, stres inilah yang akan menjadi pintu masuk penyakit karena stres menurunkan kekebalan tubuh.  Sebaliknya sikap optimistis bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga tidak mudah sakit-sakitan. 

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan University of Kentucky, Prof Suzanne Segerstrom membandingkan sikap optimistis-pesimistis dan pengaruhnya terhadap sistem kekebalan tubuh.

Untuk keperluan tersebut, Prof Segerstrom melibatkan 124 mahasiswa hukum semester awal. Para mahasiswa diminta mengisi kuisioner tentang pandangan ke depan dalam menyikapi persaingan akademik dengan mahasiswa lain di kampusnya.

Mahasiswa yang optimistis didapati tidak mudah stres saat menghadapi persaingan, sebaliknya mahasiswa yang pesimistis dan sering mengeluh merasa teman-temannya lebih pandai dari dirinya. Sikap mengeluh dan pesimistis menyebabkan stres dan emosi negatif lain misalnya rendah diri, demikian seperti dilansir MSNBC, Rabu (12/1).

Sementara itu sistem kekebalan tubuh para mahasiswa diukur dengan menyuntikkan jamur Candida yang sudah dimatikan ke dalam jaringan kulit. Jamur yang tidak berbahaya itu merangsang sistem kekebalan untuk melakukan 'perlawanan' dalam bentuk pembengkakan di kulit.

Hasil analisis menunjukkan, mahasiswa yang optimistis cenderung memiliki sistem imun yang lebih baik dibandingkan yang pesimistis. Meski pengaruh sikap mental terhadap kekebalan tubuh sebenarnya cukup kecil, Prof Segerstrom menilainya cukup bermakna.

Menurut Prof Segerstrom, dalam angka, pengaruhnya hanya 19 persen. Namun angka ini lebih besar dibanding pengaruh suplemen kalsium terhadap kepadatan tulang, yaitu 8% atau pengaruh obat hipertensi terhadap risiko stroke yang hanya 3%. (go4/*****)



Sumber : MetroTV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar