Selamat Datang

Minggu, 23 Januari 2011

Berjuang Membantu Anak-anak Adopsi

Alex Griffith adalah anak adopsi yang tak pernah menyerah dan terus berjuang membantu anak-anak lain yang memiliki nasib serupa dengannya.Remaja 16 tahun ini berhasil membangun taman bermain di rumah sakit tempat dia dilahirkan. 


ALEX, yang mempunyai nama asli Sergey, adalah anak adopsi dari Dwight dan Jenny Griffith. Alex lahir pada 12 Agustus 1994 dan ditinggalkan begitu saja oleh orang tua aslinya di Rumah Sakit LS Berzon City Clinical No 20, Kota Siberia Krasnoyarsk.Pada usia 11 bulan Alex mulai diadopsi oleh suami istri dari Amerika Serikat (AS).Saat itu kondisi Alex sungguh memprihatinkan dan masih menjalani perawatan di inkubator. Saat lahir Alex bukan bayi yang normal karena hanya mempunyai berat badan 0,9 kg.

Dokter mengatakan Alex bayi terkena kelumpuhan otak (cerebral palsy) tahap ringan. ”Pertama kali kami lihat Alex tampak memiliki penyakit rakhitis dan kurang gizi.Kami juga melihat Alex tidak tersenyum dan hampir tidak bergerak,” kenang Dwight Griffith kepada CNN. Meski lahir kurang normal, Alex terus tumbuh sehat sepanjang masa kecilnya. Alex pun berkembang normal, bahkan terbilang aktif dalam kegiatan kepanduan. Pada 2007 atau ketika usianya baru menginjak 13 tahun, Alex mulai berencana membangun sebuah taman bermain baru di Rumah Sakit 20.

Rencana ini sebagai proyek pelayanan untuk bisa menjadi Eagle Scout, tingkatan tertinggi kepanduan di AS. Dari sanalah petualangan sosialnya dimulai. Sebagai bagian dari proyek kepanduan, Alex menyumbangkan waktu dan berhasil mengumpulkan puluhan ribu dolar untuk membangun sebuah taman bermain baru untuk rumah sakit itu. Dengan dana itu Alex memilih mendirikan taman bermain di Rumah Sakit LS Berzon City Clinical No 20 setelah melihat foto orang tua angkatnya pada waktu mengadopsinya dulu.

Dalam foto itu Alex melihat taman bermain di rumah sakit itu memiliki ayunan yang sudah berkarat, lalu kursi kayu busuk dan pasir di bawahnya digambarkan sebagai sebuah lubang lumpur karena kerap terkena hujan. ”Aku hanya terheran-heran. Wow, keadaan dulu sangat, sangat berbeda,” ungkapnya.Taman bermain ini sangat penting bagi pasien anak-anak. Dengan bermain, semua penyakit dan kesulitan hidup yang mereka rasakan bisa terlupakan.

Alex pun mulai melakukan banyak hal untuk mewujudkan keinginannya. bersama sekelompok relawan dia melakukan aksi sosial dengan membangun sebuah taman bermain. Dia mengabdikan 2,5 tahun untuk menyelesaikan Proyek Taman Bermain Krasnoyarsk. Selain merekrut lebih dari 500 relawan di lima negara, dia berhasil mengumpulkan lebih dari USD60.000 atau Rp542 juta dengan meminta bantuan dari klub lokal, Rotary Club, dan bergabung dengan anggota kepanduan lain untuk menjual permen, mencuci mobil, dan menggalang dana dari kegiatan barbeque.

Alex juga ikut mengawasi setiap aspek produksi, dari merancang dan membeli peralatan bermain untuk dikirim ke luar negeri. Proyek ini pun langsung terkenal. Pasien remaja dan anak-anak dan keluarga mereka sekarang memiliki ayunan, dinding batu, mainan mendaki jembatan dan papan meluncur setinggi 1,5 meter. Taman bermain ini dicat merah, putih, dan biru. Pintu masuk memiliki dua tiang ukiran, yakni beruang Rusia dan elang.Upacara peresmian diadakan di sana pada 12 Agustus 2010, sama seperti ulang tahun Alex. Saat usianya menginjak 16 tahun, dia ingin menunjukkan rasa terima kasihnya.

”Itu membuat saya terpesona saat membuka taman bermain pada hari ulang tahun ke-16 saya. Ini membuat saya sangat senang berada di sini,” ujarnya sangat bahagia. Dia mengakui Rusia adalah bagian dari dirinya, termasuk rumah sakit tempat dia dilahirkan. ”Mereka memberi kehidupan saya, jadi saya ingin memberikannya kembali kepada mereka, yakni memberi mereka tempat yang menyenangkan untuk bermain,”Alex, yang tinggal di Forest Hill, Maryland,AS,ini bertekad.

Warga Krasnoyarsk sangat menghargai usaha sosial Alex yang mampu membahagiakan anakanak dan remaja di daerahnya. ”Saya suka taman bermain ini karena ketika Anda bermain semua kesedihan hilang. Menurut saya, Alex adalah orang yang mulia,” kata Sonja Sultanova, seorang pasien berumur 11 tahun. Seiringdenganwaktu Alextidak lagi menunjukkan tanda-tanda penyakit kelumpuhan otak yang dideritanya. Tapi dia memiliki penyakit gangguan hiperaktif defisit, impulsif, dan kerangka rapuh.

Orang tuanya percaya beberapa kondisinya tersebut berhubungan dengan kondisi saat ia tinggal di rumah sakit, karena jumlah tenaga medis yang sedikit dan kurangnya sumber daya untuk memberikan perawatan yang cukup untuk bayi. Walau begitu dia dan orang tuanya tetap bersyukur atas apa yang telah Alex berikan ke rumah sakit itu.

Meski dia dan keempat saudaranya tumbuh besar menjadi seorang remaja khas pinggiran kota yang diadopsi, namun Alex tetap bisa tumbuh layaknya remaja lain. Dia sanggup menikmati kegiatan mengendarai sepeda motor dan bermain video game. ”Proyek ini memiliki banyak unsur kesenangan.Anak-anak lain yang telah diadopsi pun menghubungi saya untuk meminta nasihat. Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa demi membantu mereka,”tekadnya. (susi)  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar